Natural Church Development

Banyak Gereja yang mendambakan kesempurnaan, namun hal yang terpenting ialah gereja yang bertumbuh. Selalu dengan berbagai cara ingin menjadi yang terbaik dan no.1, akhirnya gereja melupakan prinsip-prinsip penting dalam mengembangkan-nya. Konsep alkitab dalam Markus 4:26-28 dikatakan bahwa “Kerajaan Allah seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, …” konsep ini memiliki arti bahwa benih-benih yang ditabur untuk mengembangkan gereja hasilnya diperoleh tanpa disadari bahwa ternyata Tuhan-lah yang menumbuhkan benih itu. Seperti Paulus katakan dalam 1 Kor 3:6, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan”.
Konsep yang benar adalah dimana seharusnya kita fokus pada gereja ‘sehat’ bukan gereja ‘sempurna’ .
Lalu cara apa yang bisa digunakan untuk menjadi gereja yang sehat dan bertumbuh ?
A. Schwarz melakukan penelitian empiris, observasi intutitif, dan studi Alkitab untuk menunjukkan bahwa memang ada kaitan antara kualitas kehidupan jemaat dengan gereja. Riset ini dilakukan berdasarkan 1.000 gereja dari berbagai denominasi dan berbagai negara di dunia. Schwarz mengidentifikasi 8 karakteristik kualitas yang jika kesemuanya ada dalam sebuah gereja secara cukup maka secara praktis akan menjamin pertumbuhan angka. Karakteristik ini adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan yang memberdayakan (Empowering leadership).
Apakah para pemimpin fokus pada pemberdayaan orang agar mereka bisa melayani?
Apakah pemimpin sudah memperlengkapi jemaat (contohnya dengan modul, pembinaan, pemuridan atau pelatihan) atau justru malah menghambat jemaat dalam melayani?
Paulus menulis, “… utk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus .” (Efe 4:12) Pemimpin perlu memperlengkapi jemaat hingga jemaat bukan jadi penonton, tetapi pemain. Penonton banyak bicara atau bisanya hanya berkomentar sedangkan para pemain bekerja sama untuk memenangkan pertandingan dan pasti ada pelatihnya (coach).
2. Pelayanan yang berorientasi pada karunia (Gift Oriented Ministry).
Apakah para pelayan gereja mengetahui karunia mereka dan mereka menggunakan karunia itu secara efektif?
Banyak sekali gereja sekarang ini yang asal milih orang buat pelayanan atau menganggap sepele prinsip karunia ini. Padahal dalam 1 Petrus 4:10 dikatakan bahwa, “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.”
Kata kuncinya yang telah diperoleh bukan yang akan diperoleh. Setiap orang harus melayani sesuai dengan karunia yang telah diberikan oleh Allah kepadanya. Bagaimana caranya mengetahui karunia-karunia apa saja yang sudah kita peroleh? Pertama dengan melakukan apa yang kita sukai dan lakukan apa yang kita bisa. Kedua dengan melakukan tes karunia, dan ketiga konfirmasi dari pemimpin apakah benar karunia itu yang sudah diberikan Allah pada kita untuk melayani. Pemimpin yang peka akan suara Tuhan akan mengetahuinya.
3. Kerohanian yang haus dan penuh antusias (Passionate Spirituality).
Apakah kehidupan rohani jemaat ditandai oleh doa, antusias dan ketaatan?
Gereja-gereja seringkali lebih fokus dengan program a, b, c, kegiatan ini itu. Tapi pertanyaan nya bagi kita bagaimana hubungan jemaat dengan Tuhan? Hubungan yang intim dengan Tuhan adalah kunci dari pertumbuhan gereja yang alami. Dan kehidupan rohani inilah yang menjadi factor minimum dari kedelapan karakteristik ini. Tanpa ada nya kehidupan doa, firman Tuhan, dan saat teduh yang baik, gereja akan mati.
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa !” (Rom 12:11-12). Kunci untuk tetap antusias dalam Tuhan adalah dekat dengan sumber api itu sendiri agar kita tertular, semakin kita dekat dengan Tuhan, intim dengan Tuhan, mengenal siapa itu Tuhan, maka roh kita akan semakin menyala-nyala. Berdoa adalah nafas hidup bagi orang percaya. Ada orang katakan banyak berdoa banyak mujizat. Kehidupan kerohanian kita yang kurang sehat akan membuat roh kita lemah karena mengandalkan kekuatan sendiri.
4. Struktur yang tepat guna (Functional Structures).
Apakah gereja berkomitmen untuk terus mengadaptasi struktur untuk mendukung pertumbuhan yang sehat?
Struktur bukanlah segalanya. Namun diperlukan struktur yang tepat guna agar gereja semakin bertumbuh. Terkadang ada bagian-bagian yang tidak diperlukan di gereja yang masih dipertahankan karena tradisi gereja atau karena tuntutan tertentu. Gereja perlu evaluasi kembali apakah struktur tersebut sudah tepat guna? Struktur harus diubah jika tidak tepat guna.
Kata Yesus dalam Markus 2:27 “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, …” Manusia lebih penting dibandingkan dengan hari sabat begitu juga dengan pertumbuhan gereja lebih penting daripada struktur.
5. Ibadah yang inspiratif (Inspiring Worship Service).
Apakah jemaat berjumpa dengan Allah selama ibadah sehingga merubah cara hidup yang lebih rohani?
Jemaat yang mengalami tekanan dan tidak merasakan hadirat Tuhan selama ibadah pertanda bahawa gereja sedang tidak bertumbuh. Malah gereja MPP (mati pelan-pelan). Kita bekerja 6 hari dalam seminggu tidak terlepas dari persoalan hidup dan kesesakkan, berharap akan mendapat kekuatan yang baru, berkat, dan inspirasio lewat ibadah tetapi sebaliknya malah tambah sesak dan kering secara rohani. Gereja yang bertumbuh harus memenuhi kebutuhan jemaat, memberkati jemaat, memberi kekuatan, kelegaan dan kabar sukacita.
Daud bermazmur, “Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: Mari kita pergi ke rumah TUHAN.” (Maz 122:1). Ibadah yang inspiratif membuat kita bersukacita ketika datang beribadah dan dengan antusias dan rindu menantikan ibadah-ibadah selanjutnya.
6. Kelompok kecil yang menjawab kebutuhan secara menyeluruh (Holistic Small Groups) .
Apakah kelompok kecil secara konsisten mendukung pertumbuhan rohani dan fokus masalah pribadi?
Kelompok kecil belum banyak diterapkan oleh gereja-gereja. Sejak awal Allah kita adalah Allah yang berkomunitas (Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus). Lewat komunitas, kebutuhan kita dapat terjawab. Komunitas sel mengadakan persekutuan rutin misalnya dalam seminggu sekali, membahas firman Tuhan, memuji Tuhan, dan saling mendoakan. Namun untuk menjadi gereja yang bertumbuh, memerlukan sel yang secara konsisten mendukung pertumbuhan rohani dan menjawab kebutuhan (masalah-masalah pribadi).
Doa jemaat bagi Petrus dan Yohanes sungguh membawa jawaban atas kebutuhan jemaat pada waktu itu. Mujizat Tuhan terjadi karena merekabersama-sama berdoa (Kis 4:23-31). Kekuatan dan penghiburan dari orang lain sangat dibutuhkan kita setegar apapun kita, maka kelompok sel perlu bersama-sama saling mendoakan dan menguatkan.
7. Penginjilan berorientasi pada kebutuhan (Need Oriented Evangelism) .
Apakah penginjilan didorong oleh keinginan tulus untuk menjawab kebutuhan utama mereka?
Penginjilan yang tidak tulus seperti hanya mengejar popularitas, mengharapkan upah, pujian, dan sebagainya pertanda gereja tidak sedang bertumbuh. Penginjilan haruslah dengan ketulusan untuk menjawab kebutuhan mereka. “Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.” (Mark 16:20). Tuhan akan memakai dan bekerja meneguhkan firman yang disampaikan apabila penginjilan itu tulus.
8. Hubungan yang penuh kasih (Loving Relationship).
Apakah hubungan dalam gereja ditandai dengan kasih yang tulus : yang kuat membantu yang lemah?
Banyak gereja yang pecah karena masalah internal, perselisihan antarpribadi yang tidak diselesaikan, adanya agenda pribadi dan yang paling mengenaskan karena kepahitan. Gereja tidak pernah hancur dari luar, tetapi kebanyakkan hancur dari dalam. Dibelakang, pemimpin A bicarain yang jelek-jelek soal pemimpin B, pemimpin B bicarain keburukan pemimpin A. Kelihatannya pempimpin A dan pemimpin B akur dan setiap bertemu terlihat penuh kasih padahal sebenarnya pemimpin A dengan pemimpin B saling menyimpan kepahitan. Ini yang membuat gereja hancur. Gereja yang bertumbuh ditandai dengan kasih yang tulus, keharmonisan dan kedamaian seperti yang dikehendaki Allah, “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.” (Roma 12:9). Demikianlah hendaknya hubungan kita penuh dengan kasih yang tulus bukan kepura-puraan.
Gereja akan bertumbuh jika gereja ingin terus mengevaluasi dan melakukan usaha-usaha sedemikian rupa. Tentunya ingatlah bahwa segala yang ditanam, Tuhanlah yang menumbuhkannya. Dan bahwa yang menjadi factor minimal yang harus ada adalah bagaimana kehidupan rohani kita dan hubungan pribadi kita dekat dengan Tuhan.