top of page

Ascensions Day of Jesus “The Way of Waiting”

Nats: Mat 25:14-30

c.jpg

Menunggu adalah suatu hal yang sering kita lakukan dan hal yang tidak kita sukai. Menunggu teman untuk ketemuan, menunggu partnership, menunggu antrian, dan yang paling berat menunggu jawaban dari si dia yang kita sukai. Secara rohani kita juga sedang menunggu. Kita sedang menunggu kedatangan Yesus yang kedua kalinya.

Perumpamaan tentang talenta ini merupakan salah satu bagian dari akhir zaman. Di pasal yang ke 24 berbicara mengenai kedatangan Yesus dan di pasal yang ke 25 tertulis apa yang harus kita lakukan selagi kita menanti Yesus, salah satunya ada di perumpamaan tentang talenta. Apa sih maksud perumpamaan ini? Maksudnya terdapat dalam 3 poin ini:


1. Apa yang Tuhan percayakan kepada setiap kita?

Talenta secara harafiah berarti ukuran tertentu dari perak/emas. Talenta pada zaman Alkitab sebesar 3000 syikal (sekitar 34 kg). Dalam zaman Perjanjian Baru satu talenta merupakan ukuran jumlah uang yang sangat besar nilainya, yaitu enam ribu dinar (Matius 18:24, Matius 25:15-28). Di zaman sekarang, satu talenta setara dengan upah kerja selama 27 tahun, sekitar 11 milyar.


Maksud dari talenta di perumpamaan ini adalah segala sesuatu yang sangat berharga yang Tuhan beri, yang dapat kita lipatgandakan atau kita manfaatkan untuk hal-hal yang baik. Segala sesuatu itu berupa waktu, tenaga, kepandaian, keterampilan, uang, dan lain-lain.


Ketiga hamba itu dipercayakan Tuhan memiliki talenta. Setiap orang percaya juga dipercayakan Tuhan minimal satu hal yang berharga dalam hidup ini. Lalu pertanyaan nya bagi kita, apakah kita menyadari, pemberian itu, menghargainya serta mensyukurinya?

Di ayat 15 dikatakan bahwa Tuhan memberi masing-masing menurut kesanggupannya. Tuhan kita begitu bijaksana di dalam memberi talenta, Ia tidak pilih kasih, tetapi memberi kita talenta yang cukup untuk bekerja sesuai dengan kesanggupan kita.


Seringkali kita iri dengan orang lain yang memiliki lebih banyak talenta ketimbang kita. Waspadalah ternyata keirian adalah suatu tanda ketidakbersyukuran atas apa yang ktia punya, tetapi mengeluh atas hal yang kita tidak punya. Apa kah kita sudah menyadari cukup? Atau masih seringkali kita iri, yang berarti kita sama saja menuduh Tuhan tidak cukup bijaksana dan adil dalam memberi talenta.


2. Apa yang Tuhan harapakan dari kita?

Ketika sang tuan pergi dan memercayakan talenta itu kepada hamba-hambanya, sang tuan berharap hambanya mengembangkan dan mengembalikan talenta yang diberikan. Hamba yang diberikan 5 dan 2 talenta di puji oleh tuannya karena berhasil melipatgandakan talentanya dan setia kepada tuannya. Kedua hamba itu menggambarkan kegiatan dan ketekunan dalam bekerja (tidak bermalasan, pengangguran, tetapi bekerja dan menuai hasil).


Di ayat yg ke-16: hamba tersebut menjadi model untuk kita : ia menerima talenta>segera pergi (artinya memiliki sebuah komitmen, tekad, dan semangat untuk melakukan sesuatu)>menjalankan (mengusahakan, mengupayakan, kerja keras tidak hanya bermimpi)>dan akhirnya beroleh (kegigihan, menghasilkan buah walaupun sibuk). Tuhan sebenarnya juga tidak ingin kita sibuk pelayanan tetapi tidak menghasilkan buah. Tetapi Tuhan ingin agar kita mengembalikan seluruh kemuliaan hanya bagi Tuhan lewat setiap apa yang kita kerjakan dan dengan begitu kita memberkati orang lain (menghasilkan buah). Sebagai pemusik, Tuhan tidak ingin hanya sebatas memainkan musik, tetapi bagaimana kita memiliki kerinduan hati mengembangkan permainan musik untuk dapat memberkati orang lain, menyentuh hati orang lain dan lebih memuliakan Tuhan lagi.

Contoh paling baik hamba dalam perumpaan ini sendiri adalah Yesus. Yesus rela turun ke dunia, menerima dan menjalankan rencana Bapa, dan dengan gigih dan setia, akhirnya beroleh kemenangan atas maut. Kita sebagai orang percaya harus menerima, menjalankan, dan beroleh hasil dari talenta itu.


3. Apa yang Tuhan balaskan kepada kita?

Ada 2 balasan, yang pertama adalah balasan negatif terhadap hamba yang menerima 1 talenta. Hamba yang ketiga ini mengakui si tuan sebagai majikannya, tetapi tidak mempercayai tuannya malah menuduh tuanya jahat. Ini menunjukkan bahwa hamba tersebut tidak mengenal dan mengasihi tuannya sendiri.

Hamba yang ketiga ini ibarat orang Kristen KTP. Orang yang hanya mengaku sebagai orang Kristen tetapi sebenarnya tidak mencerminkan bahwa ia adalah seorang Kristen yang bersungguh-sungguh dalam mengikut Tuhan. Orang-orang ini akan masuk dalam kebinasaan yang paling gelap (ay.30).

Kekristenan KTP adalah orang-orang yang bermalas-malasan yang hanya berpangku tangan dan tidak mau melayani Tuhan dan menghasilkan buah (ketiadaan buah). Ini bukan berarti kita beroleh keselamatan dari hasil kerja keras kita. Tetapi yang dimaksud disini adalah Tuhan ingin kita menghasilkan buah dari talenta yang sudah kita terima dan kita kerjakan sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Tuhan.


Balasan yang kedua adalah balasan positif. Kedua hamba yang lain mendapat balasan yang positif yang sama persis (ay.21 & ay.23). Balasan tersebut mencerminkan bagaimana cara Tuhan menilai kita. Dia bukan hanya Tuhan yang bijaksana memberikan talenta sesuai kesanggupan kita, tetapi juga Tuhan yang bijaksana menghargai apa yang kita perbuat untuk Dia. Tuhan tidak menuntut kita menjadi orang lain, namun seringkali kita suka membandingkan diri dengan orang lain. Tuhan memberikan talenta khusus pada setiap kita. Dari hal-hal yang kecil dan sederhana sampai hal-hal yang besar. Hal-hal yang sederhana dapat kita lakukan seperti yang Yesus ajarkan dalam Matius 25, bagaimana kita memperlakukan sesama kita, memberi makan saat lapar, memberi minum saat haus, memberi tumpangan, pakaian, dsb.


3 hal yang akan kita peroleh jika kita menjadi hamba yang setia dan berbuah:

1. Kehormatan dalam bentuk pujian. Kita boleh mengharapkan pujian, tetapi pujian dari Tuhan bukan manusia. Tuhan akan memuji kita ketika kita bertemu dengan Dia nanti.


2. Beroleh kepercayaan yang lebih besar. Kalau kita setia dalam perkara kecil, maka kita akan diberikan perkara yang lebih besar. Hamba yang setia dan excellent akan melihat pelayanan bukan sebagai suatu beban. Perkara yang lebih besar yang diberikan bukan sebagai suatu stress melainkan suatu kehormatan untuk kita melayani Dia sebagai tuan atas hidup kita.


3. Tuhan memberikan kita kebahagiaan dan sukacita jika kita setia melayani. Hal yang sering dilupakan para pelayan adalah sukacita dalam pelayanan. Padahal justru pelayanan merupakan suatu bentuk pernyataan cinta kita kepada Tuhan. JIka sungguh kita benar-benar mencintai Tuhan, kita akan menjalani nya dengan penuh sukacita.


Filipi 1:22 “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.”

"Di dalam masa penantian ini, aku harus bekerja memberi buah.

Featured Posts
Recent Posts
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Clean
  • Twitter Clean
  • Instagram Clean
  • YouTube Clean
  • RSS Clean

© 2015 by Kezia Yuseli 

bottom of page